Nasional, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menilai isu dominasi ekonomi dan sentimen antiCina kerap mewarnai penyebaran berita bohong (hoax). Salah satu isu yang santer bergulir ialah tudingan masuknya 10 juta pekerja asal Cina ke Indonesia. "Tidak usah percaya dengan isu negatif seperti itu," kata Teten di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat lalu.

Ia menjelaskan bila melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini berada di posisi lima persen, tidak mungkin ada penyerapan tenaga kerja sebanyak 10 juta orang. Sebab setiap kenaikan satu persen pertumbuhan ekonomi jumlah tenaga kerja yang terserap sekitar 300 ribu orang. "Kalau 10 juta pekerja, angka pertumbuhan ekonominya harus 30 persen," kata Teten.

Oleh sebab itu, lanjutnya, sulit mempercayai ada 10 juta pekerja Cina ke Indonesia. Namun untuk membuktikan lagi, Teten mengirim timnya ke kawasan industri smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tenggara. Di Morowali terdapat perusahaan patungan antara Indonesia dan Cina.

Hasilnya, hanya ada 600 pekerja Cina yang dilibatkan. "Setiap enam bulan sekali mereka bergantian pulang ke negaranya," kata Teten.

Selain tenaga kerja, sentimen dominasi Cina di sektor ekonomi pun ikut mewarnai diskusi di media sosial dan pemberitaan online. Teten menilai dibanding Cina, Jepang masih mendominasi investasi di Indonesia. Sementara dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal, sepanjang triwulan III 2016, tiga negara terbesar penanaman modal asing ialah Singapura (US$ 2,2 miliar), Jepang (US$ 1,6 miliar), Cina (US$ 600 juta).

Munculnya isu dominasi Cina di ekonomi, menurut Teten, lebih kepada pengkotakan (framing) politik. Padahal, ia mengatakan, pemerintah Indonesia berupaya mencari pasar dan mitra baru dalam hubungan dagang internasional. Tujuannya ialah agar pemerintah mempunyai pilihan yang luas dalam berinvestasi. "Sehingga Indonesia tidak dikendalikan oleh salah satu kekuatan ekonomi dunia," ucapnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas meminta situs atau media sosial yang menyebarkan berita bohong (hoax) atau kebencian agar ditindak tegas. Ia tidak ingin energi masyarakat terkuras hanya karena persoalan yang terjadi di media sosial.

Selain itu, presiden juga meminta agar melakukan gerakan edukasi dan literasi bagi pengguna media sosial. "Gerakan ini penting mengajak netizen mengampanyekan komunikasi di media sosial yang baik, beretika," kata Jokowi.

ADITYA BUDIMAN

Baca juga:

Cegah Berita Hoax, Kader NU Siapkan Tim Cyber Aswaja



Imigrasi Ciduk Puluhan PSK Asal Cina Malam Tahun Baru